Sarapan untuk Pasien Diabetes
Sarapan bagi pasien diabetes memiliki peran yang penting. Melewatkan sarapan adalah hal yang biasa dilakukan saat ini, tetapi pada pasien diabetes, tindakan ini dapat memberikan konsekuensi serius. Jadi, mengapa sarapan itu penting? Dalam penelitian terobosan pada tahun 2015, Jakubowicz et al., menyelidiki pengaruh melewatkan sarapan terhadap kadar glukosa dan insulin harian.1
Jakubowicz et al. Rancangan Penelitian:
Penelitian ini melibatkan 22 peserta dengan diabetes tipe 2 (type 2 diabetes, T2D) yang diuji pada dua hari yang berbeda:
- Satu hari makan tiga kali makanan terstruktur (sarapan, makan siang, dan makan malam).
- Satu hari melewatkan sarapan, tetapi makan siang dan makan malam seperti biasa.
Penanda metabolik utama diukur setelah makan siang dan makan malam pada kedua hari tersebut.1
Poin Penting Hasil Penelitian:
Gambar 1 berikut ini menunjukkan grafik sepanjang hari yang membandingkan (A) glukosa, (B) insulin, (C) C-peptida, (D) iGLP-1, (E) FFA, dan (F) glukagon antara dua kelompok, yaitu kelompok YesB (kelompok yang mengonsumsi sarapan) dan kelompok NoB (kelompok yang melewatkan sarapan). *P < 0,0001.1
Lonjakan Gula Darah Tanpa Sarapan:
Gambar 1 (A) membandingkan glukosa antara kelompok YesB dan NoB. Melewatkan sarapan mengakibatkan peningkatan kadar glukosa sebesar 36,8% sesudah makan siang dan peningkatan sebesar 26,6% sesudah makan malam. Puncak gula darah menjadi lebih tinggi dan berlangsung lebih lama. Jadi, dalam kelompok yang melewatkan sarapan, tubuh berjuang untuk mengatur kadar glukosa sepanjang hari.1
Penurunan Sensitivitas Insulin Tanpa Sarapan:
Gambar 1 (B) membandingkan insulin antara kelompok YesB dan NoB. Pelepasan insulin ditunda dan ditekan sebesar 17% sesudah makan siang dan 7,9% sesudah makan malam.1
Terganggunya Kadar GLP-1 Jika Melewatkan Sarapan
Gambar 1 (D) membandingkan kadar GLP-1 antara kelompok YesB dan NoB. GLP-1 adalah hormon penting yang memicu pelepasan insulin untuk menurunkan kadar glukosa. Dalam kelompok yang melewatkan sarapan, kadar GLP-1 lebih rendah sesudah makan siang (-19%) dan sesudah makan malam (-16,5%).
Sedangkan Gambar 1 (F) membandingkan kadar glukagon antara kelompok YesB dan NoB. Glukagon meningkatkan glukosa darah. Dalam kelompok yang melewatkan sarapan, kadar glukagon lebih tinggi setelah makan siang (+14,8%) dan makan malam (+11,5%). Kadar asam lemak bebas (FFA) juga meningkat pada kelompok NoB, yang selanjutnya mengganggu kerja insulin.1
Berkurangnya “Fenomena Makanan Kedua” Tanpa Sarapan
Pada Gambar 2, penelitian Jakubowicz et al., menunjukkan bahwa sarapan membantu menyiapkan pankreas untuk peningkatan pelepasan insulin pada makanan berikutnya dan dengan demikian memberikan kontrol glukosa yang lebih baik sepanjang hari. Singkatnya, melewatkan sarapan menyebabkan kadar glukosa darah tidak stabil dalam satu hari.1
Komposisi nutrisi sarapan bagi penderita diabetes
Namun, tidak semua sarapan itu sama. Jenis makanan yang dikonsumsi di pagi hari sama pentingnya dengan tidak melewatkan sarapan. Seperti yang diilustrasikan pada gambar 3, penelitian oleh Park YM et al., menemukan bahwa sarapan kaya protein memberikan stabilitas glikemik yang lebih baik daripada makanan tinggi karbohidrat. Sarapan tinggi protein (garis hijau) meningkatkan respons insulin makanan kedua dibandingkan dengan sarapan kaya karbohidrat (garis abu-abu). Sarapan tinggi protein dapat membantu mengurangi lonjakan glukosa postprandial setelah makan siang. Hal ini mendukung “fenomena makanan kedua”, yakni asupan protein saat sarapan meningkatkan respons gula darah terhadap makanan selanjutnya.2
Sarapan yang kaya protein berperan penting dalam kesehatan metabolik dengan meningkatkan rasa kenyang, membantu mencegah makan berlebihan di kesempatan berikutnya. Protein juga membantu menstabilkan kadar gula darah, sehingga mengurangi lonjakan sesudah makan yang dapat berkontribusi terhadap variabilitas glikemik.2
Tidak Semua Protein Setara
Pengaruh berbagai sumber protein terhadap gula darah:
Gambar 4 Perbandingan Sumber Protein dan Gula Darah
Bagi pengidap diabetes, protein whey adalah pilihan terbaik karena kemampuannya untuk merangsang pelepasan insulin dengan cepat dan efektif.3
Diet untuk Prediabetes dan Diabetes
Di atas telah dibahas pentingnya sarapan dalam penatalaksanaan diabetes sepanjang hari. Hal ini sama pentingnya dalam mengelola tanda-tanda awal diabetes terutama mengingat meningkatnya tren prediabetes di seluruh dunia. Pendekatan tersebut dapat membantu mencegah diabetes pada tahap awal prediabetes.
Gejala Awal Diabetes dan Pencegahan
Prediabetes berkembang tanpa disadari, dan mungkin tidak dirasakan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 5. Bahkan, lebih dari 8 dari 10 orang yang menderita prediabetes tidak menyadarinya. Jika prediabetes tidak diobati, sejumlah besar kasus akan berkembang menjadi T2D, penyakit jantung, atau stroke. Kabar baiknya adalah prediabetes dapat dipulihkan dengan diagnosis dini dan pengobatan aktif.4 Tanda-tanda awal diabetes dapat muncul sebagai gangguan toleransi glukosa (impaired glucose tolerance, IGT) dan gangguan glukosa puasa (impaired fasting glucose, IFG). Pada tahun 2021, diperkirakan ada 464 juta orang dewasa (9,1%) yang menunjukkan IGT, dan 298 juta orang dewasa (5,8%) yang menunjukkan IFG.5
Prevalensi Prediabetes
Ada proyeksi kenaikan pada tahun 2045 sebesar 638 juta (10,0%) untuk IGT dan 414 juta (6,5%) untuk IFG. Prevalensi prediabetes berbeda-beda di setiap wilayah. Pada tahun 2021, Amerika Utara dan Karibia melaporkan prevalensi IGT tertinggi, sedangkan Asia Tenggara memiliki prevalensi terendah. Sebaliknya, Asia Tenggara memiliki prevalensi IFG tertinggi, dengan wilayah Pasifik Barat melaporkan prevalensi terendah. Perbedaan di antara wilayah ini menyoroti kebutuhan terapi budaya dan terapi diet yang disesuaikan dengan wilayahnya.1
Pencegahan Diabetes
Bagaimana cara mencegah diabetes? Mencegah diabetes pada pasien berisiko dimulai dengan melakukan beberapa perubahan gaya hidup, yang dapat membantu memberikan perbedaan signifikan dalam menurunkan risiko berkembangnya T2D. Salah satu perubahan tersebut adalah diet untuk diabetes yang dimulai dengan sarapan gandum utuh, lemak sehat, dan protein tanpa lemak. Perubahan gaya hidup lainnya termasuk penurunan berat badan 5% hingga 7% saja sehingga dapat mengurangi risiko hingga setengahnya. Olahraga juga membantu mencegah diabetes, seperti olahraga dengan intensitas sedang selama 150 menit setiap minggu dapat meningkatkan sensitivitas insulin.6
Kesimpulan
Untuk pasien Anda yang menderita prediabetes dan diabetes, melewatkan sarapan bukanlah kebiasaan kecil, karena tindakan ini memberikan dampak metabolik yang signifikan. Mengonsumsi makanan di pagi hari akan menjaga keseimbangan kadar gula darah, memberikan perlindungan dari resistansi terhadap insulin, dan merupakan bagian penting dari pencegahan diabetes. Selain itu, sarapan yang mengandung protein, terutama yang dibuat dengan protein whey, memiliki dampak besar dalam meningkatkan kontrol glikemik.
Pelajari lebih lanjut tentang Peran Suplemen, seperti Protein Whey, dalam Penatalaksanaan Diabetes.
Klik di SiniReferensi:
- Jakubowicz D, et al. Diabetes Care. 2015;38:1820-6.
- Park YM, et al. J Nutr. 2015;145:452-8.
- Jakubowicz D, et al. J Nutr Biochem. 2017;49:1-7.
- Centers for Disease Control and Prevention. CDC. https://www.cdc.gov/diabetes/prevention-type-2/truth-about-prediabetes.html
- Bingham M. Diabetes Care. 2023;46:1314. https://diabetesjournals.org/care/article/46/7/1314/151542/In-This-Issue-of-Diabetes-Care
- Centers for Disease Control and Prevention. CDC. https://www.cdc.gov/diabetes/prevention-type-2/prediabetes-prevent-type-2.html#cdc_generic_section_5-prevent-type-2-diabetes
Artikel yang berjudul “Peran Sarapan dalam Penatalaksanaan Diabetes” ini menyoroti peran sarapan dalam mengelola glukosa darah. Bukti baru, berdasarkan hasil penelitian Jakubowicz et al. Penelitian ini memperkuat peran sarapan dalam pencegahan dan penatalaksanaan diabetes. Cari tahu mengapa melewatkan sarapan dapat mengganggu kadar glukosa darah sepanjang hari pada pasien-pasien prediabetes atau diabetes. Pelajari juga apa saja yang tergolong dalam sarapan yang sehat secara metabolik bagi pasien Anda.