Protein Whey sebagai Suplemen Nutrisi dalam Diabetes
Perawatan diabetes optimal sangat penting dalam mengurangi risiko komplikasi. Selain terapi obat, terapi nutrisi telah menjadi fokus dalam kontrol glikemik. Di antara ini semua, protein whey merupakan suplemen nutrisi yang sangat bermanfaat dalam mengelola hiperglikemia postprandial (postprandial hyperglycemia, PPH).1 Artikel ini menjelaskan peran protein whey dalam kontrol glikemik, dengan membahas mekanisme kerjanya dan bukti klinis yang ada.
Mekanisme Kerja Protein Whey
Protein whey, seperti yang diilustrasikan pada gambar 1, menekan lonjakan glukosa darah sesudah makan melalui beberapa mekanisme. Whey mengandung peptida bioaktif dan asam amino rantai bercabang (branched chain amino acids, BCAA), yang secara langsung meningkatkan regulasi glukosa melalui mekanisme yang berbeda di lambung, usus halus, pankreas, dan otak.2-4 Akibatnya, whey menginduksi pelepasan peptida inkretin dan insulin sekaligus menunda pengosongan lambung.
Seperti diilustrasikan pada gambar 1, protein whey mencapai aksi glikemiknya melalui berbagai mekanisme yang telah diakui:
- Hormon Inkretin: Mengonsumsi protein whey memicu pelepasan hormon inkretin (GLP-1 dan GIP) yang pada gilirannya dapat meningkatkan insulin dan menghentikan glukagon.2,3
- Sekresi Insulin: Protein whey kaya akan BCAA. Asam amino ini secara langsung merangsang sel beta untuk mensekresikan insulin.
- Rasa Kenyang: Protein whey menunda laju pengeluaran makanan dari lambung, sehingga meminimalkan lonjakan glukosa yang tajam sesudah makan. Protein whey merangsang rasa kenyang dengan menekan hormon pengatur nafsu makan, seperti grelin.1
Manfaat Protein Whey yang Didukung Data Ilmiah
Protein whey tidak hanya populer untuk membesarkan otot atau mempertahankan massa otot—riset telah membuktikan dengan jelas bahwa protein whey dapat membantu mengelola kadar gula darah. Beberapa uji coba terkontrol acak (randomized controlled trials, RCT) telah menunjukkan efikasi protein whey dalam regulasi glikemik pada berbagai jenis pasien, termasuk diabetes tipe 2 (type 2 diabetes, T2D), prediabetes, dan pasien sindrom metabolik. Meta-analisis RCT menunjukkan penurunan glukosa darah postprandial yang signifikan setelah pemberian protein whey. Satu penelitian menghasilkan penurunan kadar glukosa sesudah makan lebih dari 30% ketika 25 gram protein whey diberikan sebagai makanan pembuka (preload) 30 menit sebelum mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat. Selain itu, RCT yang berbeda telah menunjukkan adanya peningkatan insulin setelah pemberian protein whey. Secara khusus, dalam satu penelitian teramati adanya peningkatan kadar plasma insulin sebanyak tiga kali lipat ketika whey dikonsumsi sebagai makanan pembuka (preload) sebelum mengonsumsi makanan yang kaya akan karbohidrat.1
Protein Whey vs Protein Casein
Protein Whey Secara Signifikan Mengungguli Protein Kasein pada Pasien T2D
Terjadi peningkatan kadar GLP-1 yang jauh lebih tinggi setelah pemberian protein whey pada pasien T2D karena protein whey menginduksi peningkatan GLP-1 yang lebih tinggi dibandingkan kasein5
Terjadi penurunan kadar glukosa darah yang jauh lebih rendah setelah pemberian protein whey pada pasien T2D karena protein whey menyebabkan penurunan PPH yang lebih besar dibandingkan kasein6
Terjadi peningkatan kadar insulin yang jauh lebih tinggi setelah pemberian protein whey pada pasien T2D karena protein whey menginduksi peningkatan insulin yang lebih tinggi 40% dibandingkan kasein5
Terjadi penurunan kadar asam lemak bebas yang jauh lebih rendah setelah pemberian protein whey pada pasien T2D karena protein whey menyebabkan penurunan Asam Lemak Bebas yang lebih besar dibandingkan kasein6
Terjadi penurunan kadar trigliserida yang jauh lebih rendah setelah pemberian protein whey pada pasien T2D karena protein whey menyebabkan penurunan Trigliserida postprandial yang lebih besar dibandingkan kasein6
Protein whey memberikan peningkatan Asam Amino Total, BCAA, dan EAA yang lebih besar dengan khasiat insulinotropik yang kuat dibandingkan kasein1,5
Protein Whey dalam Penggunaan Klinis
Suplementasi protein whey untuk optimalisasi PPH berkaitan erat dengan perencanaan yang cermat, dosis, dan formulasi. Aksi penurunan glukosa postprandial maksimum terjadi ketika protein whey dikonsumsi sebagai makanan pembuka (preload), 30 menit sebelum makan.1 Namun demikian, Whey Protein Microgel (WPM), menghasilkan perbaikan metabolik yang menguntungkan ketika dikonsumsi sedikit lebih awal, sekitar 15 menit sebelum makan, karena meningkatnya ketersediaan hayati, dosis yang lebih rendah sebesar 10 gram WPM dapat menurunkan kadar PPH sebesar 22% dan meningkatkan kadar insulin sebesar 30–61%.7 Sedangkan diperlukan 20–30 gram protein whey standar untuk menginduksi pelepasan insulin dan meningkatkan regulasi glikemik.1 Formulasi ini merupakan faktor penentu lainnya. Protein whey berbentuk konsentrat, isolat, dan hidrolisat, yang mana protein whey bentuk isolat dan hidrolisat dapat diindikasikan secara khusus untuk individu yang menderita intoleransi laktosa.1
Ginjal dan Diet Diabetes
Protein dan Penyakit Ginjal Kronis dalam Pedoman ADA 2025:
- Namun demikian, pada pasien yang menderita T2D dan penyakit ginjal kronis (chronic kidney disease, CKD), asupan protein harus disesuaikan berdasarkan stadium CKD.
- Untuk CKD yang tidak bergantung pada dialisis pada grade G3 ke atas, batasi asupan protein harian hingga 0,8 g/kg berat badan, yang sebanding dengan yang dikonsumsi oleh populasi normal.
Diet Dialisis Diabetes
Untuk pasien dialisis, kebutuhan protein meningkat menjadi 1,0–1,2 g/kg/hari untuk mencegah pemborosan energi protein (PEW).8
Kesimpulan
Protein whey merupakan solusi hemat biaya dan berbasis data ilmiah untuk mengelola PPH yang merupakan risiko utama ateroskelerosis. Melalui mekanisme pelepasan hormon inkretin dan insulin, protein whey mengatasi akar penyebab PPH pada pasien prediabetes, T2D, dan sindrom metabolik. Hal ini menjadikan protein whey sebagai suplemen nutrisi berbasis data ilmiah yang dapat membantu mengendalikan PPH sehingga mengurangi risiko kardiovaskular.1
Bagaimana Selanjutnya?
Cari Tahu Tentang Mendukung Kesehatan Jantung dengan Diet Diabetes dan Protein Whey.
BACA SELENGKAPNYAReferensi:
- Mignone LE, et al. World J Diabetes. 2015;6:1274–84.
- Frid A, et al. Am J Clin Nutr. 2005;82:69–75.
- Smith K, et al. Front Nutr. 2020;7:587843.
- Gheldof N, et al. Nutrients. 2022;14:2674.
- Tessari P, et al. Diabetes Metab Res Rev. 2007;23:378–85.
- Mortensen LS, et al. Am J Clin Nutr. 2009;90:41–8.
- Neeland IJ, et al. Metabolites. 2025;15:61.
- American Diabetes Association. Diabetes Care. 2025;48(Suppl 1):S239–51.
Protein whey (WP) merupakan terapi diabetes nutrisi dan nonfarmakologi. Faktanya, WP telah muncul sebagai suplemen yang ampuh untuk diabetes, terutama dalam mengendalikan hiperglikemia postprandial (PPH). Dengan dukungan bukti melalui uji klinis, protein whey memiliki mekanisme kerja unik yang dapat mengurangi kadar PPH, sehingga meningkatkan kontrol glikemik pada pasien diabetes tipe 2.